RATIH NURLAELAWATI*
Hari
ini , 1 Februari 2012 bertepatan dengan penanggalan versi Kanekes, adalah awal
masuknya Bulan Kawalu. Bulan Kawalu adalah bulan suci bagi masyarakat Kampung
Baduy terhitung hari ini hingga tiga bulan ke depan. Selama bulan Kawalu, akan
diadakan beberapa upacara adat lama Kampung Baduy khususnya di kampung Baduy
Dalam yaitu Cibeo, Cikertawarna dan Cikeusik. Selama bulan Kawalu, pengunjung
secara mutlak dilarang masuk Kampung Baduy Dalam.
Sunyi
di Kampung Baduy
Bulan Kawalu tahun ini ternyata dimulai mundur dari kebiasaan lama
dikarena beberapa hal dan salah satunya musim panen Padi Huma yang tidak
serempak karena terjadinya perubahan musim tanam. Perubahan diluar waktu yang
semestinya tentu melibatkan musyawarah tetua adat yang dikepalai para Puun dari
tiga kampung Baduy Dalam. Dari sekian rangkaian upacara adat selama bulan suci,
satu pun tidak dapat disaksikan oleh orang bukan Baduy atau tamu luar. Serta
orang Baduy Dalam menahan diri untuk bepergian ke luar kampung mereka. Inilah
saat orang Baduy Dalam benar-benar berkonsentrasi pada penyucian diri dan
kampungnya.Di akhir bulan Kawalu, para tetua dan tokoh adat melakukan upacara
besarnya adalah perjalanan ziarah ke Saka Domas suatu tempat yang mereka
sucikan terletak secara rahasia baik untuk sebagian warga kampung Baduy sendiri
apalagi bagi pengunjung dari luar Kampung Baduy untuk sekedar berwisata.
`Apakah selama bukan suci Kawalu masih bisa berwisata ke Kampung
Baduy ? tentu saja bisa. Hanya saja wisatawan dan pengunjung dilarang masuk ke
wilayah Baduy Dalam. Tetapi masih bisa mengunjungi perkampungan Baduy Luar yang
jumlahnya sekitar lima puluhan lebih. Alam dan adat kebiasaan Baduy Luar masih
menarik untuk dikunjungi. Namun apabila mengagendakan kunjungan termasuk ke
Baduy Dalam, diperkirakan baru bisa dilakukan awal mei 2012.
Kawalu di Baduy Dalam
Kemudian selama 3 bulan kawalu tersebut, selain puasa ada juga
ritual lain, yaitu bersih-bersih kampung, atau razia. Hari razia/bersih-bersih
kampungpun ditentukan oleh si puun. Biasanya dalam bersih-bersih kampung ini,
barang elektronik dan lainnya yang dianggap tabu oleh mereka akan dibuang atau
dimusnahkan. Oleh karena itu, makanya pada saat upacara adat kawalu tersebut,
pendatang/pengunjung tidak diperbolehkan menginap, mungkin agar mereka
(masyarakat baduy) bisa khusyuk menjalankan kawalu.
Saat kawalu, pendatang/pengunjung tidak diperkenankan untuk
menginap di Baduy.Menurut guide, jika menginap harus membawa syarat-syaratnya,
baru diperbolehkan untuk menginap disana. Untung saja warga sekitar (Masyarakat
Ciboleger) menyediakan semua syarat-syarat itu, jadi kami tidak perlu pusing lagi
mencarinya. Berdasarkan informasi dari guide, kami harus membawa : kemenyan,
kain putih (kain kafan), pisau, dan minyak putri duyung. Dimana kemenyan,
minyak putri duyung dan pisau dibungkus oleh kain putih tersebut kemudian
diikat oleh batang pohon yang sudah dikeringkan. Benar-benar tradisional.
Bungkusan
seserahan
|
Di baduy dalampun saya mencoba berinteraksi dengan penduduk
sekitar, saat para ibu-ibu sedang sibuk menumbuk padi, dan sayapun penasaran
ingin mencoba menumbuk padi. Tetapi tidak boleh, mereka bilang pamali. Hmmm,,
mungkin karena kawalu (pikir saya) ... hahaaa Sampai di baduy dalem itu jam 8
malem, kami disuruh istirahat bersih-bersih,makan dan istirahat. Besok pagi,
kami langsung menemui sang puun di ladang tempat ia bekerja. Disana, didalam
rumah di tengah ladang puun, kami dipanggil satu-persatu. Saat saya masuk
ditemani oleh guide, bau kemenyan pun mulai tercium. Dan sang Puun mulai
melancarkan aksinya menginterogasi. Nama, alamat, pekerjaan, dan tujuan datang
ke baduy. Untung saja ada guidenya, karena dia yang mentransletkan setiap
kalimat yang keluar dari mulut si puun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar